Mengenang Perintis Lions Clubs di Indonesia
BAPAK P. SUGIHARTO, SH
Untuk pertama kali bendera Lions Clubs berkibar di Indonesia pada tahun 1969, sejak club pertamanya resmi diakui oleh pemerintah, sesuai dengan namanya LIONS (Liberty, Intelligence, Our Nation’s Safety), organisasi kemanusiaan ini telah lahir di alam bebas Indonesia dalam era Orde Baru.
Sebetulnya sangat menarik untuk diketahui, bahwa organisasi sosial yang didirikan oleh masyarakat ini telah pernah terbentuk dimasa Orde lama dalam tahun 1962 oleh bapak P. Sugiharto, SH, mantan Duta besar RI di India, tetapi segera dibekukan sebelum sempat diresmikan, karena waktu itu organisasi asing ataupun yang berafiliasi dengan luar negeri masih dilarang di Indonesia, tetapi kemudian perkembangan sejarah menyambut kelahirannya di bumi Pancasila ini, ketika bertugas di India sebagai Dubes, P.Sugiharto melihat sendiri betapa berkembangannya Lions Clubs disana. Sejak pembentukan club pertama, Lions Club Bombay Host dalam tahun 1956, sekarang 39 tahun kemudian sudah terdapat di India sebanyak 4 Multiple Districts dengan masing-masing 6, 9, 12 dan 15 Distrik atau Seluruhnya sudah terdapat 42 Distrik di India, Bendera Lions Clubs sudah berkibar di seluruh negara itu.
JAMES MC. LARDIE
Untuk pertama kali James MC. Lardie datang ke Indonesia pada tahun 1968 dan mencoba membentuk Lions Clubs di Indonesia atas permintaan Lions Clubs International, dia adalah anggota dari Lions Club Sidney Central dan juga sebagai International Secretary dari Lions Clubs International untuk Region Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, Fiji dan Indonesia.
Dengan keberaniaan moralnya dia muncul di tengah kita, setibanya di Indonesia dijumpainya Pejabat-pejabat Negara seperti Jaksa Agung RT, Menlu Adam Malik dan Kapolri Hugeng, tetapi pada waktu itu Indonesia baru lepas dari mengalami tragedi G30S-PKI, ketiga pejabat pemerintah itu belum bersedia memberi dukungan, karena organisasi bersifat International masih di larang waktu itu.
Perdana Menteri Australia waktu itu John Gorton kebetulan juga anggota Lions Club The Sea Lake di Victoria, Australia, dia memberikan instruksi kepada Dubesnya di Indonesia, Gardon Jockel untuk membantu James MC. Lardie, James MC. Lardie sendiri mempelajari segala sesuatu mengenai Indonesia dan meminta nasehat para cendikiawan, pejuang dan tokoh Indonesia serta para mantan diplomat Australia di Indonesia.
BAPAK SOEDHARMONO, SH
Secara kebetulan James Mc. Lardie berjumpa dengan Mr. Murray Claphan yang selalu berada/ menginap di Hotel Indonesia, dialah yang mendesak supaya James MC. Lardie kembali meminta bantuan Clive Williams untuk menyakinkan Bapak Soedharmono, bahwa Lions Clubs adalah Ordanisasi Sosial terbesar di dunia, tidak mencampuri politik, tidak terikat kepada sesuatu aliran dan dapat tunduk kepada UUD-45 serta konstitusi Lions Clubs International, Lions Clubs International akan mengambil tindakan terhadap anggota atau Lions Club yang menyimpang dari prinsip itu, inilah yang menjadi pegangan pemerintah dalam menyebarkan panji-panji kemanusiaan di Indonesia.
Kemudia Bapak Soedharmono yang banyak membantu pembentukan Lions Club pertama di Indoensia dengan menganjurkan supaya dimulai dengan pembentukan kelompok kecil saja dahulu, cara itulah yang melahirkan Lions Club of Djakarta pada tanggal 18 Nopember 1969 di Petroleum Club Jakarta, yang pada hari itu juga mendapatkan approval dari Lions Clubs International, Charter presidentnya adalah Lion BPH BIntara dan Sekretarisnya Lion Widiono, dalam tahun 1981 Lions Club of Djakarta diganti namanya menjadi Lions Club Jakarta Host. penggantian nama ini adalah desakan Lion T. Akip yang pada waktu itu tidak terlalu berbau asing bagi lidah Indoensia dan tidak akan kehilangan dinamika perjuangan kebangsaan Indonesia.
BAPAK PRESIDEN
Atas prakarsa Bapak Soedharmono SH, tidak lama kemudian Bapak Presiden Suharto menerima kunjungan Presiden Lions CLubs International, Lion R.J.Uplinger pada tanggal 31 Oktober 1971 dan sesudah itu beberapa kali mendapatkan kunjungan president-president International berikutnya.
Beberapa gagasan penting telah diputuskan: Lions clubs di Indonesia terbuka juga untuk orang asing, tetapi tidak lebih dari 10% dari jumlah anggota, Bapak Suharto menegaskan supaya tetap membantu dan memberikan dukungan kepada usaha kemanusiaan Lions Clubs Indoensia.
Dua tahun kemudian terjadi perbedaan pendapat antara anggota LC of Djakarta, dan inilah titik awal pecahnya club ini, dan terbentuklah Club kedua yang disponsori oleh Lions Club Frematle dari Australia (13 Juni 1971), LC kedua ini dinamakan LC Jakarta Metropolitan, charter presidentnya adalah Lions H. Eddy Kowara dan Sekretarisnya adalah Lions Julius Murthy, sebagian kecil anggotanya adalah pecahan dari LC of Djakarta.
Dalam beberapa waktu berlalu Lion Bintara berhasil mensponsori Club ketiga yaitu : LC Jakarta Kebayoran (17 September 1971), Charter presidentnya adalah Lion Bas Van Der Hoeven dan Sekretarisnya Lion RM Hadjiwibowo.
ZONE PERTAMA
Dengan terbentuknya 3 Lions Clubs ini terdapatlah zone (Daerah) pertama di Indonesia sungguhpun belum ada distriknya, oleh Lions Clubs International ditunjuk Lion Bintara sebagai Zone Chairmannya (Ketua Daerah) dari 3 Lions Clubs itu.
DISTRICT PROVINSIONAL
Lion Sudomo Soeparlan dari LC Jakarta Metropolitan yang sebelumnya mendampingi L. James MC. Lardie dalam pengembangan Lions Clubs di Indonesia diangkat menjadi International Representative untuk 5 tahun lamanya.
Pada tanggal 9 Mei 1972 Lion Clive Williams dan Lion Soedomo Soeparlan mensponsori pembentukan Lions Club Medan (sekarang Medan Host), Charter presidenntya ialah Lion Suharto Sumatri dan Sekretarisnya Lion Kusmuljanto Ongko.
dan seterusnya terbentuk lagi LC Jakarta Kota, LC Bandung Raya, menurut konstitusi sudah dapat dibentuk Distrik sementara (Provinsional District) karena sudah ada 6 Lions Clubs di Indonesia, maka Lion Bintara menjadi Gubernur Distrik 307 dan Lion RM Hadjiwibowo menjadi Sekretaris/ Bendahara, Kabinet distrik terdiri dari 2 Daerah, Daerah Sumatera dengan ketua daerahnya Lion Dr. A. Hidayat Lubis dan Daerah Jawa dengan Ketua Daerahnya Lion Dr. Soeharto, Distrik Indonesia berdiri sendiri dengan nomor Distrik 307.
DISTRIK PENUH
Masa bakti 1982-1983 adalah tahun pengakuan Lions Clubs International terhadap Distrik 307 sebagai Distrik penuh (Full District 307), karena jumlah Club minimal 35 telah tercapai, juga anggota minimal 1250 Lions, sudah dipenuhi, dan mulai tahun itu Distrik 307 sudah merupakan suatu single district dan dapat mengadakan konvensi Nasional untuk memilih Gubernur Distriknya sendiri dan menyusun rencana kerjanya sendiri.
Ada 2 pegangan yang menjadi pedoman Lions dalam melaksanakan pengabdiannya kepada masyarakat, yaitu : Tujuan Lions Clubs dan Kode Etik Lions.
Pegangan ini agaknya dipedomani oleh Lions seluruh dunia yang saat ini telah mencakup lebih dari 200 Negara atau area geografik, kedua pegangan ini senantiasa diucapkan dalam pertemuan club, upacara resmi, dan pelantikan, karena itu sunggupun organisasi itu bermarkas di Chicago USA, tetapi semua anggotanya mendahulukan Negara dan Bangsanya diatas segalanya dan lagu Indonesia Raya apalagi karena dalam Anggaran Dasar Lions Clubs Indonesia sudah tercantum Azas Pancasila dan Landasan Undang-undang Dasar 1945, maka perasaan kebangsaan cukup kuat.
PENERAPAN LIONISM
James Mc. Lardie yang telah puluhan tahun menjadi tokoh Lions Clubs pernah mengatakan bahwa : “The Indonesia pattern is not the same as of other areas. I believe the pattern in Indonesia will gradually be adapted to suit the National desire of your Clubs.” Mungkin sekali lagi karena kita waktu itu baru mengalami bencana nasional G30S-PKI, sehingga Chanvinisme kita cukup menonjol dan pada tahun-tahun pertama kita sudah mendapat kesulitan dengan anggotanya sendiri dalam implementasi Lionism itu, tidak banyak anggota yang dapat memahami maksud yang sebenarnya dari Lionism itu, Kesulitan untuk mengerti maksud Lionism masih banyak menguasai pikiran para anggota, itulah sebabnya penyebaran Lionism ke Daerah selalu mendapatkan kesulitan, terutama diluar kota-kota besar.
LION BPH BINTARA
Sejak Semula terbentuknya Club pertama tahun 1969 sudah jelas kelihatan semangat kebangsaan Indonesia-nya sangat menonjol. beliau sudah sejak semua mengikuti terbentuknya Lions Club di Indonesia, walaupun sudah menjadi Charter President, Zone Chairman dan District Governor, tetapi selalu sederhana dalam ucapan/ perbuatan, beliau menikmati pendidikan Barat, adik Sultan Hamengku Bowono ke IX (Mantan Wapres RI), menjadi Konsul Jendral RI di Thailand, Ketua Umum PMI dan Jabatan-jabatan lain yang tidak pernah dibanggakan, demikian juga keturunan Ningratnya, dia ingin menjadi Lionism itu menjadi versi Indonesia di Tanah Airnya.
Dapat menarik kesimpulan, bahwa sifat Chauvinitic-nya itulah yang selalu menimbulkan perbedaan pendapat dengan James Mc. Lardie dalam mengembangkan Lionism di Indonesia, dan inilah menimbulkan pengaruh besar dalam pembentukan LC Jakarta Metropolitan yang sisponsori oleh LC Fremantle dari Australia, mungkin juga penggabungan Distrik 307 kedalam Area Australia, Selandia Baru, Papua Nugini dan Fiji sangat menyinggung perasaannya, kenapa tidak ke OSEAL (Asia) dimana terdapat Distrik 308 dsb? Disitu pula terdapat Asean.
Manusia yang sangat sederhana ini dalam usia lanjut masih mengendarai jeep tanpa pengemudi untuk menghadiri Club Meeting, mukanya bersinar apabila dibicarakan tentang kegiatan sosial dalam club, lebih senang dipanggil Bapak saja, beliau betul-betul seorang Nasionalis, tersinggung kalau dipanggil Lion Price seperti orang asing memanggilnya, dia lebih suka dipanggil Lion Bin.
Hormatilah yang patut dihormati, kata pepatah kuno Belanda, tanpa mengurangi jasa kawan-kawan yang bergabung kemudian, Beliau banyak berjasa dalam pengembangan Lions Clubs di Indonesia, kita tidak lupa akan jasa-jasa perintis kita, seperti James Mc. Lardie, BPH Bintara, dan lain-lain. serta para pejabat tinggi pemerintah yang mendorong perkembangan Lions Clubs di Indonesia.
TENTANG ZIONISME
Sejak pertama kali Lions Clubs diperkenalkan di Indonesia sudah terdapat hambatan dengan isu-isu dari golongan tertentu yang mengatakan Lions Clubs adalah antek atau alat Zionisme yang berusaha masuk ke Indonesia, Isu demikian sebetulnya sangat sensitif untuk masyarakat Indonesia yang sebagian besatr beragama Islam, sebenarnya Lions Clubs belum dikenal sebagian besar masyarakat Indoensia, karena itu banyak yang mudah terpengaruh oleh isu-isu demikian.
Jawaban untuk menangkis itu tidak perlu dilakukan dengan publikasi, tetapi cukup dengan meningkatkan aktifitas kita dalam tugas kemanusiaan dengan semangat keterbukaan.
Disamping itu kita berusaha memperbaiki citra masyarakat terhadap kita, bahwa kita tidaklah exclusive dan mewah, tetapi merakyat, kita juga dapat memperkenalkan toko-tokoh kita seperti PDG-PDG, Presiden-presiden club, dan sebagainya. Sebagian besar adalah Haji, yang menjadi anggota juga tidak kurang banyaknya adalah penjabat pemerintah, pensiunan ABRI, tokoh masyarakat, dan semuanya adalah orang yang cukup luas pandangannya.
Lions Clubs adalah Kumpulan dari orang-orang yang ingin berbuat sesuatu untuk kemanusiaan, tanpa mengharapkan imbalan, tanpa membedakan agama, tanpa membedakan bangsa dan tanpa membedakan derajat tujuannya yang paling hakiki adalah KEMANUASIAAN, sungguhpun bersifat international, tetapi kepentingan/ keamanan bangsa selalu didahulukan, Lions bebas dari ikatan politik dan tidak mencampurinya, dan semua anggota Lions bekerja tanpa pamrih, Asosiasi ini tidak mengharapkan keuntungan apapun dari bakti yang diberikan, WE SERVE = KAMI MENGABDI ! inilah sebabnya organisasi ini dapat diterima diseluruh dunia.